Senin, 30 November 2009

Perawatan Luka

PERAWATAN LUKA

a. Definisi Luka

Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang.

Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :

1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ

2. Respon stres simpatis

3. Perdarahan dan pembekuan darah

4. Kontaminasi bakteri

5. Kematian sel

2. Mekanisme terjadinya luka :

  1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
  2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
  3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
  4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
  5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
  6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
  7. Luka Bakar (Combustio)

3. Jenis Luka Menurut tingkat Kontaminasi luka :

­ Clean Wounds (Luka bersih) :

Yaitu luka bedah tidak terinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.

­ Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi):

Merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.

­ Contamined Wounds (Luka terkontaminasi):

Termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.

­ Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi):

Yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.

4. Proses Penyembuhan Luka

Tubuh secara normal akan berespon terhadap cedera dengan jalan “proses peradangan”, yang dikarakteristikkan dengan lima tanda utama: bengkak (swelling), kemerahan (redness), panas (heat), Nyeri (pain) dan kerusakan fungsi (impaired function). Proses penyembuhannya mencakup beberapa fase :

a. Fase Inflamasi

­ Fase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan.

­ Pada awal fase ini kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi sebagai hemostasis. Platelet akan menutupi vaskuler yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan “substansi vasokonstriksi” yang mengakibatkan pembuluh darah kapiler vasokonstriksi.

­ Selanjutnya terjadi penempelan endotel yang akan menutup pembuluh darah. Periode ini berlangsung 5-10 menit dan setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler akibat stimulasi saraf sensoris (Local sensory nerve endding), local reflex action dan adanya substansi vasodilator (histamin, bradikinin, serotonin dan sitokin).

­ Histamin juga menyebabkan peningkatan permeabilitas vena, sehingga cairan plasma darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah luka dan secara klinis terjadi oedema jaringan dan keadaan lingkungan tersebut menjadi asidosis. Secara klinis fase inflamasi ini ditandai dengan : eritema, hangat pada kulit, oedema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.

b. Fase Proliferatif

­ Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses reonstruksi jaringan.

­ Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah terjadi luka, fibroblas akan aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin dan proteoglycans) yang berperan dalam membangun (rekontruksi) jaringan baru.

­ Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal bakal jaringan baru (connective tissue matrix) dan dengan dikeluarkannya substrat oleh fibroblas, memberikan pertanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka. Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam didalam jaringan baru tersebut disebut sebagai jaringan “granulasi”.

­ Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth faktor yang dibentuk oleh makrofag dan platelet.

c. Fase Maturasi

­ Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu.

­ Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringa mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan.

­ Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka.

­ Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan parut mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktifitas normal. Meskipun proses penyembuhan luka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung pada kondisi biologis masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan kurang gizi, diserta penyakit sistemik (diabetes mielitus).

5. Gangguan Penyembuhan Luka :

a. Wound dependent : Local hypoxia, edema, Increased bacterial load, Foreign body,Friction,infeksi, iskemia dan trauma jaringan

b. Host dependent : Underlying disease (DM, AIDS, Anemia, Sepsis), Poor nutritional status (Hypoalbuminemia),Usia, hidrasi, oksigenisasi dan perfusi jaringan.

6. Ulkus Diabetikum

a. Definisi Ulkus Diabetikum

· Salah satu komplikasi diabetes mellitus yang berupa kematian jaringan akibat kekurangan aliran darah. Biasanya dibagian ujung kaki.

· Kaki diabetik merupakan tukak yang timbul pada penderita diabetes melitus yang disebabkan karena angiopati diabetik, neuropati diabetik atau akibat trauma.

b. Biomekanisme Ulkus Kaki Diabetes

Dalam proses perkembangan ulkus kaki diabetes faktor biomekanisme pada daerah kaki/tungkai bawah menjadi prekursor awal menuju kearah ulkus kaki. Proses pembentukan awal ulkus kaki seperti gambar dibawah ini:

Pada keadaan normal mekanisme jalan pada kaki dan pergelangan kaki dihasilkan kombinasi efek dari otot, tendon, ligamen dan fungsi tulang. Mekanisme jalan dibagi menjadi empat bagian yaitu :

(1) tekanan pada tumit, pada saat bagian lateral dari tulang calcaneus menapak ke

tanah dan otot, tendons dan ligamen rilek, menimbulkan penyerapan energi yang optimal

(2) Tekanan pada pertengahan kaki (midstance) yaitu suatu keadaan dimana kaki pada

posisi datar dan dapat menyesuaikan keseimbangan pada keadaan tanah yang tidak rata, mempertahankan keseimbangan dan menyerap goncangan pada saat menapak. Calcaneus tepat dibawah sendi ankle menyebabkan kelurusan bagian depan dan belakang pada kaki untuk menopang beban tubuh secara optimal

(3) Proses berjalan yang ketiga yaitu terangkatnya tumit, yaitu suatu keadaan dimana

tumit /tulang calcaneus terangkat dari tanah, kaki pronasi, otot, tendon, dan ligamen mengencang sehingga lengkungan bawah kaki kembali seperti semula

(4) tahap selanjutnya adalah tekanan pada ibu jari kaki (Bauer, 2000).

Gambar B menunjukkan tekanan pada bagian kaki. Tenaga untuk penekanan dan pergeseran pada kaki ditimbulkan dengan penekanan kebawah berat badan tubuh dan tekanan balik ke atas yang ditimbukan oleh tekan pada tanah. Kombinasi tekanan dan pergeseran, yang terjadi pada proses berjalan yang dinamis adalah suatu keadaan dimana tulang tulang pada kaki bergerak satu dengan lainnya secara bersamaan pada arah yang sejajar pada permukaan pada saat pronasi dan supinasi. Kerusakan pada otot-otot intrinsik pada kaki menimbulkan ketidakseimbangan tekanan pada struktur tulang. Hal itu akan menimbulkan deformitas pada jempol kaki, penonjolan pada caput metatarsal, deformitas equinus, posisi varus pada bagian belakang kaki dan ketidak lurusan bagian proximal.

Gambar C menunjukkan konsekuensi dari pembentukan kalus. Distribusi tekanan berat badan yang tidak adekuat atau adanya deformitas pada kaki dapat menimbulkan gerakan yang abnormal yang akan menimbulkan tekanan berlebihan dan berakibat kerusakan pada jaringan ikat dan otot (Bauer, 2000).

c. Patogenesis Ulkus Diabetikum

Beberapa factor yang mempengaruhi ulkus diabetikum :

1) Neuropati diabetik.

Adalah kelainan urat saraf akibat DM karena tinggi kadar dalam darah yang bisa merusak urat saraf penderita dan menyebabkan hilang atau menurunnya rasa nyeri pada kaki, sehingga apabila penderita mengalami trauma kadang-kadang tidak terasa.

Gejala-gejala Neuropati : Kesemitan, rasa panas (wedangan : bahasa jawa), rasa tebal ditelapak kaki, kram, badan sakit semua terutama malam hari.

2) Angiopati Diabetik (Penyempitan pembuluh darah)

Pembuluh darah besar atau kecil pada penderita DM mudah menyempit dan tersumbat oleh gumpalan darah. Apabila sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang/besar pada tungkai maka tungkai akan mudah mengalami gangren diabetik yaitu luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau busuk. Adapun angiopati menyebabkan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotik terganggu sehingga menyebabkan kulit sulit sembuh.

3) Infeksi

Infeksi sering merupakan komplikasi akibat berkurangnya aliran listrik (neoropati)

d. Klasifikasi Ulkus Diabetikum

Pembagian kaki diabetikum menurut Wagner :

Derajat 0 : resiko tinggi, tak ada ulkus, pembentukan kalus.

Derajat 1 : ulkus superfisial terbatas pada kulit, klinis tidak ada infeksi.

Derajat 2 : ulkus dalam, sering dengan selulitis, tidak ada abses atau infeksi tulang.

Derajat 3 : ulkus dalam yang melibatkan tulang atau pembentukan abses.

Derajat 4 : gangren lokal (ibu jari atau tumit).

Derajat 5 : gangren seluruh kaki.

Klasifikasi berdasarkan kedalaman luka dan luasnya daerah iskemik (Modifikasi oleh Brodsky dari klasifikasi kaki diabetik menurut Wagner):

· Berdasarkan Kedalaman Luka/Ulserasi

0 : Kaki berisiko, tanpa ulserasi
1
: Ulserasi superfisial, tanpa infeksi
2
: Ulserasi yang dalam sampai mengenai tendon
3
: Ulserasi yang luas/abses

· Berdasarkan Luas daerah Iskemia

A : Tanpa iskemia
B
: Iskemia tanpa gangren
C
: Partial gangrene
D
: Complete foot gangrene


Perkembangan Ulkus .

A.Pembentukan plak keratin keras sebagai kalus.

B. Krusakan jaringan jauh di da;am kalus.

C. Ruptur permukaan kavitas, terbentuk ulkus.

D. Blokade ulkus oleh keratin, bakteri terperangkap, infeksi berkembang.

Dikutip dari Maggiore P, Echols RM. 1991.

Ulkus Diabetikum

e. Pencegahan Ulkus Diabetikum :

Berikut adalah tips perawatan kaki yang dianjurkan:

· Inspeksi kaki tiap hari terhadap adanya lesi, perdarahan diantara jari-jari. Gunakan cermin untuk melihat telapak kaki dan tumit dan laporkan bila terdapat luka, bullae kemerahan atau tanda-tanda radang, sehingga segera dilakukan tindakan awal

· Cuci kaki tiap hari dengan air sabun dan keringkan dengan baik, terutama diantara jari.

· Jika kulit kaki kering gunakan pelembab atau cream

· Jangan gunakan larutan kimia/asam untuk membuang kalus.

· Potong kuku dengan hati-hati, jangan memotong melengkung jauh ke proksimal.

· Hindari suhu ekstrem, jangan memakai botol isi air panas atau pad pemanas pada kaki. Suhu air yang digunakan untuk mecuci kaki antara 29,5 – 30 derajat celsius dan diukur dulu dengan termometer

· Gunakan sepatu yang pas yang tidak menyebabkan tekanan pada tungkai atau daerah tertentu dan kaos kaki yang bersih setiap saat berjalan dan jangan bertelanjang kaki bila berjalan

· Janganlah mengobati sendiri apabila terdapat kalus, tonjolan kaki atau jamur pada kuku kaki

· Langkah-langkah yang membantu meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah yang harus dilakukan, yaitu :

1) Hindari kebiasaan merokok

2) Hindari bertumpang kaki duduk

3) Lindungi kaki dari kedinginan

4) Hindari merendam kaki dalam air dingin

f. Managemen Luka Diabetik :

1. Umum

a) Istirahat
Istirahat tempat tidur mutlak pada setiap kelainan kaki diabetes. Dengan berjalan memberi tekanan pada daerah ulkus, dan memungkinkan rusaknya jaringan fibroblas yang menghalangi penyembuhan. Selain itu setiap tekanan pada luka memberikan iskemi pada daerah sakit dan sekitarnya sehingga penyembuhan menjadi sulit.

b) Insulin
Setiap infeksi mengganggu kestabilan diabetes, sebaliknya hiperglikemi dapat memperburuk infeksi. Oleh karena itu, pada dasarnya kelainan kaki khususnya dengan infeksi membutuhkan kontrol glukosa darah yang ketat. Penderita dengan gangguan infeksi sebaiknya dialihkan ke insulin apabila sebelumnya mendapat obat oral. Hampir selalu infeksi mengakibatkan kebutuhan insulin meningkat bahkan tidak jarang suntikan dua kali sehari harus dirobah ke tiga kali sehari. Sebaliknya perlu diperhatikan bahwa luka yang menyembuh menurunkan kebutuhan insulin sehingga dosis suntikan harus dikurangi.

c) Antibiotik
Setiap luka pada kaki membutuhkan antibiotic, walaupun demikian tidaklah berarti pemberian antibiotic secara serampangan. Biakan kuman mutlak harus dilakukan untuk mendapat jenis antibiotik yang sesuai.

Dari pengalaman, hampir setiap infeksi menghasilkan biakan kuman ganda. Dari salah satu penelitian di New England Deaconess Hospital selalu ditemukan 3 kelompok kuman, yaitu: gram positif kokki, gram negatif kokki dan kelompok anerob.

Agaknya makin buruk keadaan infeksi makin tinggi jenis kuman gram negatif. Bila infeksi yang berat ditemukan adanya jenis gram negatif proteus, enterokokus dan pseudomonas, prognosis umumnya buruk. Oleh karena infeksi pada diabetes ada kecenderungan untuk cepat memburuk, pengobatan antibiotic sebaiknya segera dimulai.

Adanya gangren gas harus dicurigai adanya kuman anerob. Pada infeksi kaki yang memburuk, sebaiknya pilihan antibiotik (sambil menunggu hasil biakan) ialah pemberian intravena. Dua kelompok kombinasi yang dianggap baik yaitu kombinasi aminoglikosida, ampisilin dan klindamisin atau sefalosporin dan kloramfenikol.

2. Khusus

a. Evaluasi keadaan luka dengan cermat keadaan klinis luka, dalamnya luka, gambaran

b. Radiologi (adakah benda asing, osteomielitis, gas subkutis, lokasi luka, vaskularisasi luka

c. Pengendalian keadaan metabolik sebaik-baiknya

d. Debridement luka yang adekuat dan radikal, sampai bagian yang hidup

e. Biakan kuman baik aerob maupun anaerob

f. Antibiotik yang adekuat

g. Perawatan luka yang baik, balutan yang memadai sesuai dengan tingkat keadaan luka

h. Mengurangi edema

i. Non weight bearing : tirah baring, tongkat penyangga, kursi roda, alas kaki khusus, total contact casting

j. Perbaikan sirkulasi-vasculer surgery

k. Tindakan bedah rehabilitatif untuk memperbaiki kemungkinan dan kecepatan Penyembuhan

l. Rehabilitasi

g. Perawatan Luka :

Tujuan perawatan luka :

1. Menghilangkan benda asing (sekresi & mikroorganisme) dari dalam luka

2. Mengurangi bau, cairan busuk dan kuman dari dalam luka.

3. Mempercepat proses penyembuhan.

4. Mencegah masukkan kuman dan kotoran ke dalam luka.

5. Mencegah penyebaran oleh cairan dan kuman yang berasal dari luka ke daerah sekitar.

h. Hasil Yang diharapkan :

· Klien mendapatkan kembali integritas kulit

· Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

i. Persiapan Alat :

· 1 set irigasi steril (pinset anatomis, pinset cirurgis, arteri klem) termasuk spuilt 10 cc steril dengan/irrigator steril k/p kateter nelaton steril & selang steril

· Kasa dan tuffer alkohol

· Korentang steril

· Alkohol 70 %

· Larutan irigasi (nacl 0,9%) yang diperlukan dengan suhu 32,2 o c - 35o c.

· Kom berisi larutan desinfektan

· 1 pasang sarung tangan steril

· 2 piala ginjal/bengkok

· Plester dan gunting

· Perlak dan alasnya

· 2 kantong balutan kotor.

· Obat topical di sesuaikan dengan kondisi luka

· Balutan di sesukan dengan kondisi luka

j. Prosedur :

1) Pengkajian Luka :

a) Lokasi & Letak luka

· Dapat digunakan sebagai indikator terhadap kemungkinan penyebab terjadinya luka

· Tujuannya agar luka dapat diminimalkan kejadiannya dengan menghilangkan penyebab yang ditimbulkan oleh letak dan lokasi

b) Stadium luka

Stadium Wagner Untuk Luka Diabetik :

a. Superficial Ulcer:

1. Stadium 0 : tidak ada lesi, kulit masih baik, tapi dengan bentuk tulang, kaki menonjol/charcof

2. Stadium 1 : hilangnya lapisan kulit hingga dermis, kadang-kadang tulang tampak menonjol

b. Deep Ulcer :

1. Stadium 2 : Lesi terbuka dengan penetrasi ke tulang/tendon(goa)

2. Stadium 3 : penetrasi dalam, osteomyelitis, plantar abses, infeksi sampai tendon

c. Gangren :

1. Stadium 4 : nekrosis sebagian, menyebar ke sebagian jari kaki, kulit sekitar selilutis, gangren lembab/kering

2. Stadium 5 : seluruh kaki nekrosis atau gangren

c) Warna Dasar Luka :

1. Red / Merah : Luka bersih, banyak vaskularisasi

Tujuan perawatan :

o mempertahankan lingk luka dlm keadaan lembab

o mencegah terjadinya trauma/perdarahan

2. Yellow/Kuning : Jaringan nekrosis, luka terinfeksi,

avaskularisasi.

Tujuan perawatannya :

o meningkatkan system autolisis debridement

o absorb exudat

o hilangkan bau tdk sedap

o hindari kejadian infeksi

3. Black :

o Jaringan nekrosis, avaskularisasi

o Tujuan perawatan :

sama dg warna dasar luka kuning

d) Bentuk dan ukuran Luka :

Kaji ukuran luka : panjang x Lebar x kedalaman luka

e) Status vaskuler :

a) Subjective: kaji adanya nyeri (selama aktivitas/saat istirahat)

b) Observation: observasi warna kulit kaki,terutama bagian distal, missal :

pale, cyanosis

c) Palpation:

1) Adakah perubahan suhu diujung kaki : lebih dingin

2) Palpate the arterial pulse à Grade of arterial pulse :

· No pulse

· 1 + Hampir tak teraba

· 2 + Teraba tetapi makin mengecil/menghilang

· 3 + Normal

· 4 + Very strong (suspect for aneurism)

f) Capillary Refilling time :

· Tehnik : Klien dalam posisi supine, tinggikan kedua kaki 45 derajat sampai salah satu atau kedua kaki menjadi pucat, minta klien untuk segera duduk, menggantungkan kaki dan menggoyangkan kakinya sampai warna kaki kembali seperti semula.

· Waktu Pengisian Kapiler

10 -15 detik : normal

15 - 25 detik : iskemi sedang

25 - 40 detik : iskemi berat

> 40 detik : iskemi sangat berat

2) Debridement :

· Tujuan debridement :

1. Membuang jaringan mati

2. Membuang material asing

3. Membersihkan jaringan yang terkontaminasi

4. Mempertahankan struktur penting semaksimal mungkin

· Teknik Debridement :

1. Surgical debridement :

o Sharp debridement

o Skalpel, gunting, kuret + irigasi

o Paling cepat dan efektif

2. Mechanical debridement :

· Gauze debridement (Kasa+saline)

· Wet to dry dressing

· Jaringan mati terbuang saat mengganti balut

3. Autolytic debridement :

· Merupakan proses alami tubuh dalam

melakukan debridement

· Proteolytic enzymes from cells

· Selective / hanya jaringan nekrosis

· Membutuhkan lingkungan lembab

(penutup luka; hydroactive gel, hydrocolloid,

Transparant film)

4. Enzymatic debridement :

Melakukan debridement dengan mengunakan

beberapa enzim seperti : Hydrogen peroxide,

EUSOL (Edinburgh University Solution

of Lime, Salicylic acid, Malic acid, Benzoic

acid, Hypochlorites.

5. Biological debridement

Melakukan debridement dengan tehnik

Biomechanical debridement, yaitu mengunakan

Larva therapy, missal :Larva Phaenicica sericata

(green blow fly). Sejak 1932 àSukses untuk

abses, luka bakar, selulitis, gangren, ulkus,

osteomielitis dan mastoiditis.

a. Irigasi Luka :

Tujuan:

1. Menghilangkan bakteri dan kontaminasi permukaan luka dari darah, pus/ benda- benda asing lain

2. Melindungi daerah penyembuhan luka (granulasi)

Cleansing techniques for infected and necrotic tissues:

o Gunakan 35 cc spuit and jarum 19 untuk mengirigasi luka (ukuran ini akan memaksimalkan pembersihan dan meminimalkan trauma jaringan)

o Gunakan NaCl 0,9% atau antiseptik yang (sesuai program terapi). Antiseptic used only for a very dirty wound

o DO NOT SOAK THE WOUND à lead to maceration and spread of infection.

o Buang jaringan nekrotik dan benda-benda asing, jaringan nekrotik

b. Pemberian Obat Topikal :

· Antiseptics agent cenderung toxic terhadap sel sehat à tidak dianjurkan.

· Antiseptics agent akan tidak aktif jika kontak dengan cairan tubuh

· Cairan fisiologis (Nacl 0,9% merupakan pembersih luka yang baik)

· Jenis obat topical untuk luka diabetik :

1. Hydrogel : Berbentuk gel, suport autolysis debridement pada luka hitam dan kuning, menjaga kelembaban luka, mengurangi nyeri, menjaga kelembaban nerve ending. Contoh : Intraside gel, duoderm gel, Comfeel purilon gel, Suprasorb G, Sheet intraside gel.

2. Calcium Alginate : merupakan natural polisakarida berasal dari rumput laut, berubah menjadi gel bila bercampur eksudat, fungsi menyerap eksudat, untuk luka kuning dengan moderat atau high eksudate, Mempertahankan kelembaban kulit, menghentikan perdarahan minor, granulasi, Sebagai primery dressing, tidak digunakan pada luka granulasi yang sudah rata dengan kulit, bentuk seperti serat domba. Contoh ribbon or rope, Kaltostat, calcicare, suprasorb A, Aqua sel,Algisite, Sorbalgon

3. Hydrocolloid : Hydropobic polymer,bentuk lembaran atau paste/salep, mempertahankan kelembaban pada luka berwarna merah, Suport autolysis pd luka kuning tipis, Absorb minimal eksudat, mencegah invasi kuman pathogen, Safe debridemen, granulating and epithelisation, Reduce pain, by keeping nerve ending moist, untuk luka grade I-II.Contoh : Duoderm CGF,Comfeel, coloplast sheet